Selasa, 20 Juli 2010

Sampah Untuk Fondasi Bangunan

Bila mendengar kata “sampah” mungkin kita tak akan tertarik untuk menyimpan ataupun membayangkannya!Namun, tahukah kita bahwa sekarang sampah dapat digunakan sebagai fondasi sebuah bangunan.

Bagaimana caranya sampah bisa menjadi fondasi sebuah bangunan? Tentu kita bertanya-tanya mengenai hal ini. Namun ternyata tumpukan “sampah” yang selama ini hanya diremehkan oleh kita, bisa diolah menjadi “semen” yang merupakan kebutuhan pokok sebuah bangunan.


Berawal dari penelitian di Jepang tahun 1992, para peneliti Jepang ternyata menemukan bahwa abu hasil dari pembakaran sampah mengandung unsur yang sama dengan bahan dasar semen pada umumnya. Semen dengan bahan dasar sampah yang biasa disebut dengan “ekosemen” ini merupakan hasil olahan dari pembakaran sampah yang dicampur dengan endapan air kotor yang mengandung senyawa-senyawa seprti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 yang merupakan bahan dasar seperti dalam pembuatan semen biasa.


Dalam hasil pembakaran sampah, ternyata kandungan CaO masih belum mencukupi dan membutuhkan 52% lagi dari keseluruhan. Sehingga dalam pembuatan semen pada nantinya ditambahkan “Limestone” (batu kapur) untuk memenuhi kekurangan tersebut. Namun meski mengalami kekurangan, ekosemen masih lebih baik dibandingkan dengan pembuatan semen biasa yang membutuhkan 78% limestone dari keseluruhan.


Sampai dengan saat ini telah terdapat dua pabrik di Jepang yang memproduksi ekosemen. Dimana masing-masing pabrik mampu menghasilkan 110.000 ton per tahunnya.


Sumber: http://green.kompasiana.com/group/limbah/2010/07/09/sampah-untuk-fondasi-bangunan/

Nol Sampah di Code untuk Beranda Kota

KALI Code, yang mengalir mulai dari Kabupaten Sleman sampai Kota Yogyakarta, telah menjadi barometer penanganan sungai kota di Tanah Air. Gerakan bersih dari sampah pun dicanangkan, tidak hanya oleh masyarakat di pinggiran sungai, tapi juga warga Kota Gudeg. 

Kemarin, ribuan orang, untuk kesekian kalinya, turun ke Kali Code, untuk membersihkan sampah. Aliran sungai sepanjang 20 kilometer pun dijejaki warga. Kegiatan itu juga memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia. 

Tidak hanya warga, sejumlah pelajar, mahasiswa, dan anggota TNI juga turun ke kali. Mereka berhasil mengangkat delapan meter kubik sampah yang kemudian diangkut ke dalam sebuah truk. 

Pembersihan Kali Code diawali dari Jembatan Rejodani, Sleman dan berakhir di Jembatan Tri Tunggal, Kota Yogyakarta. Sepanjang jarak itu, ada delapan posko pembersihan sampah. 

"Upaya ini untuk menumbuhkan rasa cinta kepada sungai dan menciptakan Sungai Code yang bersih," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Hariyadi Suyuti. 

Kegiatan digelar Paguyuban Pemerti Code, didukung Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Badan Lingkungan Hidup DI Yogyakarta, Dinas Pengairan DI Yogyakarta, dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak. 

Kepala Bidang Kebersihan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Benny Nurhartono, mengungkapkan pihaknya akan terus mengupayakan tidak ada sampah di Kali Code. "Kami akan selalu mengupayakan nol sampah di Kali Code." 

Warga sekitar kali terus diberi pencerahan. Rumah sengaja didesain menghadap sungai sehingga mereka mulai menganggapnya sebagai halaman sendiri. Tujuan akhirnya, warga selalu menjaga kebersihan Code. 

Tak mau kalah, Warga di Banjarnegara, Jawa Tengah, juga turun ke Waduk Panglima Besar Soedirman atau Waduk Mrica. Sekitar 1.800 orang bekerja keras membersihkan waduk dari eceng gondok. Mereka terdiri dari pejabat dan pegawai pemkab, pelajar, pramuka, dan pecinta alam. 

Saat ini, dari sekitar 800 hektare luas waduk, 200 hektare di antaranya tertutupi eceng gondok. "Pengangkatan eceng gondok dari waduk akan menyelamatkan usia waduk dan pembangkit listrik," kata General Manager PT Indonesia Power Unit Mrica Rusli Abdul Kadir. (SO/LD/N-3)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2010/07/19/156468/76/20/Nol-Sampah-di-Code-untuk-Beranda-Kota

Jumat, 16 Juli 2010

UD Sregep, Dari Sampah Kertas Hidupi 70 Karyawan

Selasa pagi, di sebuah rumah yang cukup besar dan asri di kawasan Karanglo, Sleman, Yogyakarta, PM diterima Joko Santosa, pimpinan dan pemilik UD Sregep. Rumah yang sekaligus dijadikan sebagai gudang inilah UD Sregep menjalankan aktifitas bisnisnya, yaitu mengumpulkan dan mengelola sampah-sampah kertas.

Ya, UD Sregep merupakan pelaku bisnis yang khusus menangani sampah-sampah kertas. Bahkan di Yogyakarta, nama UD Sregep sudah sangat dikenal sebagai ‘pemburu’ kertas bekas. Selain kalangan rumah tangga, hampir semua perkantoran instansi pemerintah maupun swasta selalu menjadi langganan UD Sregep dalam membuang sampah-sampah kertasnya.

Meskipun sekedar mengelola dan mengumpulkan sampah kertas, Anda mungkin tak akan menyangka bila omsetnya telah mencapai 20 ton per hari. Bila sampah kertas dihargai sekitar Rp 1.000 hingga Rp 1.200 per kg, maka omsetnya mencapai Rp 20 juta per hari. Maka tak heran bila bisnis yang telah dijalankan sejak tahun 1993 ini telah memberikan banyak hal, di antaranya rumah besar yang dijadikannya sebagai gudang, armada truk, serta 70 karyawan yang kini bernaung di dalamnya.

Sumber: http://majalah.pengusahamuslim.com/2010/07/07/edisi-juli-2010-menjadi-jutawan-dari-sampah-dan-barang-bekas/

Berkreasi dengan Kertas Seni

Kertas daur ulang atau yang juga dikenal dengan sebutan kertas seni mulai populer pada dekade 80-an. Dengan menerapkan teknik pembuatannya yang sama seperti teknik membuat kertas pabrikasi, sebagian masyarakat mulai mencoba membuat kertas daur ulang secara manual atau buatan tangan. Dari sini kemudian timbul beragam nama untuk penyebutan kertas hasil buatan tangan, seperti kertas daur ulang (recycle paper), kertas buatan tangan (handmade paper), serta kertas seni (art paper) karena fungsinya sebagai sampul atau pelapis produk seni, seperti asesoris atau cinderamata.

Setelah masyarakat melihat adanya peluang bisnis yang cukup prospektif, maka pada dekade 90-an kertas daur ulang mulai diproduksi secara komersial. Di Yogyakarta, beberapa kelompok seniman memproduksi kertas daur ulang untuk kepentingan proses kreatifnya, seperti dalam pembuatan lukisan ataupun eksperimental art lainnya. Sementara di berbagai kota lainnya muncul kelompok usaha yang memproduksi kertas daur ulang untuk pembuatan produk-produk cinderamata secara komersial. Sejak saat itu, kertas daur ulang mulai dilirik sebagai sebuah peluang bisnis yang sangat menarik.

Kini, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kertas daur ulang, khususnya pesanan dari para eksportir maupun buyer luar negeri, para produsen mulai mencari alternatif lain dalam memproduksi kertas daur ulang secara massal. Tentunya tanpa meninggalkan kualitas dan ciri khasnya sebagai kertas seni. Teknologi baru pembuatan kertas daur ulang, seperti penggunaan mesin, sudah mulai diperkenalkan. Kenyataan ini bukan mustahil akan mendorong bisnis pembuatan kertas daur ulang menjadi usaha komersial yang tidak lagi berskala kecil atau home industry.

Sumber: http://majalah.pengusahamuslim.com/2010/07/07/edisi-juli-2010-menjadi-jutawan-dari-sampah-dan-barang-bekas/

Cling of Uwuh

Tak jarang pelaku usaha yang bingung dalam mencari ide untuk membuat sebuah produk bisnis. Kebanyakan malah cenderung idealis dengan mencari ide-ide besar. Padahal di sekitar kita tersedia berbagai ide dan bahan untuk membuat berbagai macam produk bisnis. Termasuk sampah-sampah yang berserakan dan dianggap tak bernilai, justru merupakan bahan murah namun dapat dijadikan barang atau produk bisnis yang eksklusif dan mahal.

Seperti yang dilakukan Lestari (Lembaga Studi Tata Mandiri) Yogyakarta.  Berawal dari keprihatinan terhadap makin menumpuknya problem sampah, Lestari mengajak ibu-ibu rumah tangga di kawasan Yogyakarta dan Bantul untuk mengelola sekaligus mengolah sampah yang ada. Hingga kini terkoordinir tak kurang dari 20 kelompok. Masing-masing kelompok mewakili wilayah di suatu Rukun Warga. Maka kalau dijumlah ratusan ibu-ibu rumah tangga bergabung dalam kegiatan ini.

Kenapa memilih ibu-ibu rumah tangga sebagai sasaran kelompok ini? Menurut Agus Hartono, Direktur Lestari, karena sebagian besar sampah kota berasal dari rumahtangga. Dan yang lebih mengetahui tentang kegiatan didalam suatu rumahtangga adalah ibu-ibu. Jadilah ibu-ibu sebagai sasaran utama. “Dalam prakteknya, ibu-ibu yang lebih mengetahui kebutuhan rumahtangga sekaligus lebih mudah diajak dalam advokasi lingkungan dibandingkan bapak-bapak,” katanya dalam perbincangan dengan PM di kediamannya yang asri di kawasan Kotagede, Yogyakarta.

Sumber: http://majalah.pengusahamuslim.com/2010/07/07/edisi-juli-2010-menjadi-jutawan-dari-sampah-dan-barang-bekas/

Ketika Pengelolaan Sampah Dibebankan kepada Sang Produsen

oleh Rafianti S.Pi M.Sc

Sampai saat ini, praktik pengelolaan sampah di Indonesia hanya meliputi tiga kegiatan; pengumpulan, pengangkutan, dan membuangnya ke tempat penampungan akhir (TPA).

Di TPA, sampah juga dibuang dan ditumpuk begitu saja tanpa perlakuan apapun, istilah ini dikenal dengan open dumping (dibuang di tempat terbuka).

Menurut laporan Kementerian Negara LH tahun 2008 berjudul Kontribusi Sampah terhadap Pemanasan Global, akibat praktik open dumping yang hampir ditemukan di semua TPA di Indonesia tersebut, sampah yang menumpuk adalah salah satu penyumbang gas rumah kaca utama dalam bentuk metan (CH4) dan karbondioksida (CO2). Bahkan gas metan, disebutkan, berkontribusi 15 persen terhadap efek rumah kaca, efeknya 20-30 kali lipat dibandingkan dengan gas CO2.

Jumat, 09 Juli 2010

Inovasi Tas Daur Ulang Menembus Ekspor

Pasar ekspor sudah menjadi fokus utama dari awal kemunculan produk tas wanita dari Yogyakarta ini. Dengan label CS Bag ini, Clara Seiffi Emmy Pratiwi mengirim tas berbahan dasar alami seperti anyaman pandan berjumlah puluhan ribu item hingga ke Amerika. Kini, usahanya terus berkembang dengan tas daur ulang. Pasar lokal pun menjadi pangsa pasar yang ingin diraih CS Bag berikutnya.

Selasa, 06 Juli 2010

Sampah Plastik di Tangan Kreatif

Kreativitas memang tidak pernah berujung. Itulah kata yang sering dilontarkan pada murid-muridnya oleh Ratna Palupi, tutor program daur ulang sampah plastik Komunitas Masyarakat Gemar Membaca (Magma). Bagi Ratna, kreativitas itu terus berkembang tanpa batas. Ia mencontohkan, bagaimana dulu sampah plastik yang dianggap tidak berguna, sekarang di tangan kreatif bisa disulap menjadi tas cantik, tempat handpone dan barang-barang bermanfaat lainnya.“Sampah plastik merupakan harta terpendam”, katanya.

Senin, 05 Juli 2010

Medali Olimpiade 2010 Dibuat Dari Sampah Daur Ulang

Medali Olimpiade 2010 - Bumi semakin hari semakin tua. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesadaran manusia untuk merawat Bumi dengan memanfaatkan kembali sampah-sampah untuk diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.

Untuk menciptakan bumi yang lebih baik, maka panitia pesta olahraga sedunia alias Olimpiade memutuskan untuk menyediakan medali yang dibuat dari sampah daur ulang.

Panitia olimpiade musim dingin 2010, akan menyediakan medali yang terbuat dari sampah-sampah elektronik. Logam-logam dari sampah Televisi, komputer, dan keyboard akan diolah untuk dijadikan medali emas, perak dan perunggu.

Komunitas Magma; Daur Ulang Sampah Plastik Menjadi Tas Cantik


Kemasan bekas produk biasanya berakhir di tempat sampah. Tetapi di tangan yang kreatif, kemasan bekas produk bisa menjadi barang yang berguna. Berangkat dari kesadaran akan kepedulian pengelolaan sampah plastik, Komunitas Masyarakat Gemar Membaca (Komunitas Magma) Senin (22/03) siang mengadakan pelatihan daur ulang sampah plastik menjadi berbagai macam tas cantik di Taman Baca Masyarakat (TBM) Muthia Kampung Serpong RT 02 RW 01 Kelurahan Serpong Kecamatan Serpong Kota Tangerang Selatan.

Kamis, 01 Juli 2010

Produk daur ulang kreatif

Hai semua! Nih, ada foto produk daur ulang kreatif yang diambil dari postingan di http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3962271.

Wah, jadi pengin bikin juga.